MAKALAH
TENTANG KONSEP TA’ARUF DALAM ISLAM
SURAH
AL-HUJARAT AYAT 13
DI SUSUN OLEH:
ROMY
HARDIANSYAH
KEMENTERIAN
AGAMA RI MAN 1 MODEL
BENGKULU
TP.2012/2013
Daftar
isi.
1.
Kata
penghantar………………………………………1
2.
Bab1
Pendahuluan…………………………………………..2
3.
Bab2
Makna
kata demi kata………………………………..3
4.
Bab4
Isi
kandungan surah al-hujarat ayat 13……………..6
5.
Bab5
Kesimpulan……………………………………………9
Daftar pustaka…………………………………………….10
BAB1
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada
kita semua, khususnya kami sehingga kami mampu menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, suri tauladan dan cahaya petunjuk bagi umat Islam sedunia.
Semoga syafaatnya mengiringi kita di hari akhir. Amin.
Makalah
ini, kami susun sebagai bukti pertanggung jawaban kami kepada Bapak Guru yang bersangkutan atas tugas yang diberikan
kepada kami. Makalah ini juga kami persembahkan kepada Beliau untuk dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan pembelajaran selanjutnya.
Terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terkait dengan penyususna
makalah ini. “Tiada Gading yang Tak Retak” sehingga kritik dan perbaikan serta
penilaian terhadap makalah ini sangat kami butuhkan. Mohon maaf apabila
ditemukan beberapa kesalahan yang bersifat teknik maupun dalam bentuk
penulisan dan ejaan. Semoga bermanfaat.
Bengkulu , 4 April 2012
BAB
2
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-Qur’anul
karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh
kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepadaRasulallah, Muhammad SAW
untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta
membimbing mereka ke jalan yang lurus.
Pengertian
al-Qur’an secara lebih lengkap dan luas adalah seperti yang dikemukakan oleh
Abd Wahab Khallaf. Menurut beliau:Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan
melalui malaikat Jibril kekalbu Rasulallah SAW dengan menggunakan bahasa arab
dan disertai dengankebenaran agar dijadikan hujjah (penguat) dalam pengakuannya
sebagai Rasulallah dan agar dijadikan sebagai undang-undang bagi seluruh
umatmanusia, di samping merupakan amal ibadah jika membacanya. Al-Qur’an itu dikompilasikan di antara dua ujung
yang dimulai dari surat al-fatihah danditutup dengan surat an-nas yang sampai
kepada kita secara tertib dalambentuk tulisan maupun lisan dalam keadaan utuh
atau terpelihara dariperubahan dan pergantian.
Islam
adalah agama samawi terakhir yang dirisalahkan melalui Rasulullah SAW. Karena
Islam sebagai agama terakhir dan juga sebagai penyempurna ajaran-ajaran
terdahulu, maka sangat bisa dipahami, jika Islam merupakan ajaran yang paling
komprohensif, Islam sangat rinci mengatur kehidupan umatnya, melalui kitab suci
al-Qur’an. Allah SWT memberikan petunjuk kepada umat manusia bagaimana menjadi
insan kamil atau pemeluk agama Islam yang kafah atau sempurna.
Secara
garis besar ajaran Islam bisa dikelompokkan dalam dua kategori yaitu Hablum
Minallah (hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan) dan Hablum
Minannas (hubungan manusia dengan manusia). Allah menghendaki kedua
hubungan tersebut seimbang walaupun hablumminannas lebih banyak di
tekankan. Namun itu semua bukan berarti lebih mementingkan urusan
kemasyarakatan, namun hal itu tidak lain karena hablumminannas lebih
komplek dan lebih komprehensif.
BAB 3
Makna Kata Demi
Kata
A. Q. S. Hujurat ayat:
13
تَوَّابٌ رَّحِيمٌ يأَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَـكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَـكُمْ شُعُوباً
وَقَبَآئِلَ لِتَعَـرَفُواْ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عَندَ اللَّهِ أَتْقَـكُمْ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Terjemahan:
13. Wahai
manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengentahui,
Mahateliti.
Tafsir kata demi kata
قَوْمٌ QOUMU
Telah umum
diartikan orang-orang laki-laki, bukan perempuan. Menurut M.Quraish Shihab seperti
dikutib Abudin Nata kata kaum berasal dari kata qama – yaqumu – qiyam berarti
berdiri atau bangkit. Kata qaum agaknya dipergunakan untuk menunjukkan
sekumpulan manusia bangkit untuk berperang membela sesuatu.
وَلاَتَلْمِزُواْ WA LAA TALMIZUU
Janganlah kamu
mencela dirimu sendiri, jangan sebagian kamu mencela sebagian yang lain dengan
perkataan atau isyarat tangan, mata atau semisalnya. Karena orang mukmin adalah
seperti satu jiwa.Maka apabila seorang mukmin mencela orang mukmin yang
lainnya, maka seolah-olah mencela dirinya sendiri.
وَلاَتَنَابَزُواْبِالاٌّلْقَـبِ WALAA TANAABIZUU BIL AL QOOBI
Saling mengejek
dan panggil memanggil dengan gelar yang tidak disukai orang lain.
الاسْمُ AL
ISMU
Nama dan
kemasyhuran. Seperti orang mengatakan ”namanya terkenal di kalangan orang
banyak baik karena kedermawanannya atau kejelekannya.
اجْتَنِبُواْ IJTANIBUU
Jauhilah oleh
kalian, perintah ini mengandung makna bersungguh-sungguh untuk menjauhinya.
إِثْمٌ
ISMU
Dosa
adalah ungkapan untuk semua pelanggaran terhadap perintah Allah SWTdengan
berbuat jahat atau meninggalkan yang wajib.
تَجَسَّسُواْ
TAJASSASU
Memata-matai.
Yaitu mencari-cari keburukan dan cacat-cacat serta membuka-buka hal yang
ditutup orang.
يَغْتَب YAGTAB
Menyebut-nyebut
seseorang tentang hal-hal yang tidak ia sukai, tidak sepengetahuan dia.
مِّنذَكَرٍوَأُنْثَى
MIN DZAKARUU WA UNTSAA
Dari
seorang laki-laki dan perempuan (Adam dan Hawa)
شُعُوباً ASYSYU’UUBU
Suku besar yang
bernasab kepada suatu nenek moyang.
Kata syu’yub adalah bentuk jamak dari kata sya’b. Kata ini digunakan untuk menunjuk
kumpulan dari qabilah yang biasa diterjemahkan suku yang merujuk kepada satu
kakek. Q abilah/suku pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang
dinamai imarah, dan yang ini terdiri lagi dari sekian banyak kelompok yang
dinamai bathn. Di bawah batu ada sekian Fakhdz hingga akhirnya sampai pada
himpunan keluarga yang terkecil. Terlihat dari penggunaan kata sya’b bahwa ia
bukan merujuk pada pengertian bangsa sebagaimana dipahami dewasa ini, memang
paham kebangsaaan sebagaimana dikenal dewasa ini pertama kali muncul dan
berkembang di eropa pada abad ke XVIII M dan baru dikenal umat islam sejak
masuknya Napoleon ke Mesir akhir abad XVIII itu. Namun ini bukan berarti paham
kebangsaan dalam pengertian modrn tidak disetujui oleh al-qur’an. Bukan disini
tempatnya menguraikan hal itu. Rujuklah antara lain buku penulis wawasan
al-qur’an untuk memahami persoalan ayat.
Kata
ta’aruf terambil dari kata a’rafu
yang berarti mengenal. Patron kuha yang digunakan ayat ini mengandung makna
timbal balik dengan demikian ia saling mengenal.
Kata
akramakum terambil dari kata karuma yang pada dasarnya berarti yang
baik dan istimewa sesuai objeknya. Manusia yang baik dan istimewa adalah yang
memiliki akhlak yang baik terhadap Allah dan terhadap sesama makhluk.
Sifat
Alim dan Khabil keduanya mengandung makna menyatakan bahwa ‘alim menggambarkan
pengetahuan-Nya menyangkut segala sesuatu. Penokohan-Nya adalah pada dzat Allah yang bersifat maha
mengetahui bukan kepada sesuatu yang diketahui itu. Sedang khabir menggambarkan
pengetahuannya yang menjangkau sesuatu. Disini penokohannya bukan pada Dzatnya
yang maha mengetaui tetapi pada sesuatu yang diketahui itu.
Penutup ayat diatas Inna Allah ‘Alim(un) khabir”
sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal” yaitu menggabungkan dua sifat Allah yang
bermakna mirip itu, hanya ditemukan tiga kali dalam al-qur’an. Konteks ke
tiganya adalah pada hal-hal yang mustahil atau amat sulit diketahui manusia.
BAB
4
ISI
KANDUNGAN SURAH AL-HUJARAT AYAT 13
Sebagai makhluk sosial,
manusia mau atau tidak mau harus berinteraksi dengan manusia lain, dan
membutuhkan lingkungan di mana ia berada. Ia menginginkan adanya lingkungan
sosial yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi, bantu
membantu, taat pada aturan atau tertib, disiplin, menghargai hak-hak azasi
manusia dan sebagainya. Lingkungan yang demikian itulah memungkinkan ia dapat
melakukan berbagai aktifitasnya dengan tenang, tanpa terganggu oleh berbagai
hal yang dapat merugikan dirinya.
Untuk menciptakan masyarakat yang tenang, tertib dan penuh dengan keharmonisan, Al qur’an merupakan pegangan yang tidak ada keraguan di dalamnya. Surah Al Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur tentang tata kehidupan manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang makmur. Salah satu kandungannya berisi perintah untuk melakukan perdamaian (ishlah) setelah terjadi pertikaian, serta penjelasan tentang beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian sehingga umat muslim diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk mencegah timbulnya pertikaian tersebut. Seperti Surah al Hujurat ayat 13 mengandung nilai pendidikan akhlak yang dapat mencegah terjadinya pertikaian tersebut diantaranya :
Untuk menciptakan masyarakat yang tenang, tertib dan penuh dengan keharmonisan, Al qur’an merupakan pegangan yang tidak ada keraguan di dalamnya. Surah Al Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur tentang tata kehidupan manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang makmur. Salah satu kandungannya berisi perintah untuk melakukan perdamaian (ishlah) setelah terjadi pertikaian, serta penjelasan tentang beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian sehingga umat muslim diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk mencegah timbulnya pertikaian tersebut. Seperti Surah al Hujurat ayat 13 mengandung nilai pendidikan akhlak yang dapat mencegah terjadinya pertikaian tersebut diantaranya :
1. Nilai
pendidikan untuk menjunjung tinggi kehormatan kaum muslimin, untuk tidak saling
merendahkan satu sama lain. Dilarang saling mengolok-olok, mengejek, memanggil
dengan gelar yang buruk, berbuat ghibah. Diperintahkan untuk saling menghormati
satu sama lain, aplikasi dalam pendidikan islam dapat dilakukan dengan metode
keteladanan, nasihat, kisah dan metode peringatan dan ancaman (targhib).
2.
Pendidikan taubat, dalam ayat tersebut kita diperintahkan bertaubat setelah
berdosa. Aplikasi pendidikan islam, bertaubat melalui metode pembiasaan dan
pemberian nasehat (ceramah).
3. Nilai
pendidikan untuk tidak suudhdhan / berburuk sangka, diperintahkan untuk berbaik
sangka / positif thingking. Pendidikan positif thingking dapat dilakukan dengan
metode keteladanan, nasehat dan metode pembiasaan.
4.
Pendidikan Ta’aruf yaitu untuk saling mengenal antar manusia lintas
budaya, geografis dan tidak diskriminatif. Pendidikan ta’aruf ini dapat
dilakukan dengan metode nasehat, kisah dan pembiasaan.
5.
Pendidikan persamaan derajat, pernyataan “ yang paling mulia disisi Allah
adalah orang yang paling bertaqwa” mengisyaratkan persamaan derajat manusia
dihadapan allah swt sama. Pendidikan persamaan derajat dapat dilakukan dengan
metode ceramah, nasehat, kisah dan metode keteladanan.
Kelima nilai-nilai pendidikan akhlak diatas
merupakan isi kandungan surah al Hujurat ayat 13, apabila diterapkan di dalam
kehidupan sehari-hari oleh umat Islam maka mereka akan dapat hidup penuh
kedamaian. Dan sebaiknya nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan sejak dini kepada
generasi umat Islam.
Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan
suasana muslim, ayat diatas berlatih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena itu ayat
diatur tidak lagi menggunakkan panggilan yang ditujukan kepada orang-orang beriman
tetapi kepada jenis manusia. Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan yakni Adam dan Hawwa,
atau dari sperma (benih laki-laki) dan ovum ( indung telur perempuan) serta
menjadikanmu berbangsa-bangsa juga bersuka-suka supaya kamu saling mengenal
yang menghantar kamu untuk bantu- membantu serta saling melengkapi.
Penggalan
pertama ayat diatas “ sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan perempuan “ penghantar untuk menegaskan bahwa semua manusia derajat
kemanusiannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Semakin
kuat pengenalan satu pihak kepada salinannya, semakin terbuka peluang untuk
saling member manfaat. Karena itu ayat diatas menekankan saling mengenal,
perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak
lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Yang dampaknya tercermin
kedamaian dan kesahjetaraan hidup duniawi dan kebahagian ukhrawi. Anda tidak
dapat menarik pelajaran ,tidak dapat saling melengkapi dan menarik manfaat
bahkan tidak dapat bekerjasama tanpa saling kenal –mengenal.
Sebagai
makhluk sosial, manusia mau atau tidak mau harus berinteraksi dengan manusia
lain, dan membutuhkan lingkungan di mana ia berada. Ia menginginkan adanya
lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi,
bantu membantu, taat pada aturan atau tertib, disiplin, menghargai hak-hak
azasi manusia dan sebagainya. Lingkungan yang demikian itulah memungkinkan ia
dapat melakukan berbagai aktifitasnya dengan tenang, tanpa terganggu oleh
berbagai hal yang dapat merugikan dirinya.
Untuk menciptakan masyarakat yang tenang, tertib dan penuh dengan keharmonisan, Al qur’an merupakan pegangan yang tidak ada keraguan di dalamnya. Surah Al Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur tentang tata kehidupan manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang makmur. Salah satu kandungannya berisi perintah untuk melakukan perdamaian (ishlah) setelah terjadi pertikaian, serta penjelasan tentang beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian sehingga umat muslim diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk mencegah timbulnya pertikaian tersebut. Seperti Surah al Hujurat ayat 13 mengandung nilai pendidikan akhlak yang dapat mencegah terjadinya pertikaian tersebut diantaranya :
Untuk menciptakan masyarakat yang tenang, tertib dan penuh dengan keharmonisan, Al qur’an merupakan pegangan yang tidak ada keraguan di dalamnya. Surah Al Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur tentang tata kehidupan manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang makmur. Salah satu kandungannya berisi perintah untuk melakukan perdamaian (ishlah) setelah terjadi pertikaian, serta penjelasan tentang beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian sehingga umat muslim diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk mencegah timbulnya pertikaian tersebut. Seperti Surah al Hujurat ayat 13 mengandung nilai pendidikan akhlak yang dapat mencegah terjadinya pertikaian tersebut diantaranya :
1. Nilai
pendidikan untuk menjunjung tinggi kehormatan kaum muslimin, untuk tidak saling
merendahkan satu sama lain. Dilarang saling mengolok-olok, mengejek, memanggil
dengan gelar yang buruk, berbuat ghibah. Diperintahkan untuk saling menghormati
satu sama lain, aplikasi dalam pendidikan islam dapat dilakukan dengan metode
keteladanan, nasihat, kisah dan metode peringatan dan ancaman (targhib).
2.
Pendidikan taubat, dalam ayat tersebut kita diperintahkan bertaubat setelah
berdosa. Aplikasi pendidikan islam, bertaubat melalui metode pembiasaan dan
pemberian nasehat (ceramah).
3. Nilai
pendidikan untuk tidak suudhdhan / berburuk sangka, diperintahkan untuk berbaik
sangka / positif thingking. Pendidikan positif thingking dapat dilakukan dengan
metode keteladanan, nasehat dan metode pembiasaan.
4.
Pendidikan Ta’aruf yaitu untuk saling mengenal antar manusia lintas
budaya, geografis dan tidak diskriminatif. Pendidikan ta’aruf ini dapat
dilakukan dengan metode nasehat, kisah dan pembiasaan.
5.
Pendidikan persamaan derajat, pernyataan “ yang paling mulia disisi Allah
adalah orang yang paling bertaqwa” mengisyaratkan persamaan derajat manusia
dihadapan allah swt sama. Pendidikan persamaan derajat dapat dilakukan dengan
metode ceramah, nasehat, kisah dan metode keteladanan.
Kelima
nilai-nilai pendidikan akhlak diatas merupakan isi kandungan surah al Hujurat
ayat 13, apabila diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari oleh umat Islam maka
mereka akan dapat hidup penuh kedamaian. Dan sebaiknya nilai-nilai tersebut
dapat ditanamkan sejak dini kepada generasi umat Islam.
BAB
5
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Manusia terlahir
sebagai mahluk sosial, yang saling ketergantungan dengan manusia yang lain,
manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia di pandangan Allah semua sama, hanya
tingkat ketaqwaannya lah yang membedakannya. Maka dari itu berbaik-baiklah
dalam bermasyarakat